KONFLIK bersenjata di Suriah kian mengerikan. Sebuah laporan teranyar dari markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa di Jenewa, Swiss, menyebutkan lebih dari 93 ribu orang telah tewas dalam konflik berdarah yang berlangsung sejak Maret 2011 itu. Di antara puluhan ribu nyawa yang melayang itu, 1.700 ribu korban tewas merupakan bocah berumur di bawah 10 tahun.
"Sebanyak 80 persen dari total jumlah korban yang mati adalah lelaki," kata Navi Pillay, Kepala Komisi Tinggi PBB untuk Urusan Hak Asasi Manusia, kemarin.
Menurut Pillay, belakangan, kekerasan dan kebrutalan dalam konflik Suriah kian menjadi. Setidaknya, sejak Juli tahun lalu, menurut catatan organisasinya, laju kematian dalam konflik di negara itu mencapai angka 5.000 orang per bulan. Kota Allepo dan daerah pinggiran Damaskus, menurut survei PBB, merupakan wilayah paling mematikan dan menjadi ladang kematian.
"Laporan ini dibuat pada perkiraan minimal. Kami prediksikan jumlah di lapangan jauh lebih banyak daripada yang dipresentasikan," ujar dia.
Menurut Pillay, survei terakhir yang dilakukan lembaganya melansir bahwa pasukan pemberontak kini sedang berada dalam kondisi yang sangat rentan. Selain masalah perang, mereka menghadapi krisis, baik logistik maupun mental. Walhasil, tak banyak perundingan damai yang bisa dilakukan dalam beberapa bulan terakhir.
Dalam rencana PBB, perundingan damai terus diupayakan. Menurut kabar terakhir, pembicaraan soal perdamaian di Suriah bakal difasilitasi oleh organisasi seluruh bangsa-bangsa di dunia itu. Pada 25 Juni mendatang, utusan khusus PBB dan Liga Arab untuk Suriah, Lakhdar Brahimi, bakal bertemu dengan Amerika Serikat dan Rusia untuk membicarakan rencana perundingan Suriah.
Sementara itu, perwakilan khusus PBB untuk urusan anak-anak, Leila Zerrougui, mengungkapkan hal yang cukup mencengangkan. Berdasarkan temuannya, saat ini anak-anak merupakan korban yang paling sengsara dalam konflik di Suriah. "Tak jarang mereka ditemukan tewas setelah direkrut sebagai operator bom bunuh diri," kata dia.
Saat ini, tutur Leila, 2.000 anak membutuhkan pendampingan. Sebagian besar dari mereka mengalami guncangan jiwa karena digunakan sebagai martir oleh para kombatan. "Peran mereka minimal mencuri informasi. Kedua belah pihak menggunakan anak-anak sebagai tumbal," katanya.
Konflik Suriah berawal dari sebuah gerakan perlawanan pada Maret 2011. Konflik mematikan ini masih merupakan bagian dari Revolusi Musim Semi di jazirah Arab, yang dimulai dari Tunisia. Namun, di Suriah, yang dikuasai Presiden Bashar al-Assad, semuanya berjalan lebih buruk. Perang saudara itu kini sudah merenggut puluhan ribu nyawa manusia.
Sumber: REUTERS
Posting Komentar