Gangguan cuaca dari dinamika kelautan di Samudra Hindia saat ini diperkirakan tak kunjung surut, tetapi justru meningkat. Itu akibat dua fenomena bersamaan, Osilasi Madden-Julian dan dipole mode negatif yang memperbanyak pembentukan awan hujan dari Samudra Hindia.
"Data peralatan di ekuator 90 derajat Bujur Timur menunjukkan Osilasi Madden-Julian (MJO) mulai memasuki perairan kita. Lalu, indeks dipole mode diperoleh negatif antara 0,5 dan 0,6 yang menandakan masih terjadi penghangatan Samudra Hindia di wilayah Indonesia dari arah barat atau Afrika," kata Kepala Program Operasi Ina Buoy Tsunami Early Warning System pada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Wahyu Widodo Pandoe, Kamis (13/6/2013), di Jakarta.
Dipole mode menunjuk pada gejala akan menghangatnya suhu permukaan laut, khususnya di ekuator Samudra Hindia.
Sebelumnya, prakiraan musim kemarau Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tahun ini dinyatakan tidak terpengaruh dipole mode. Kata Wahyu, puncak kejadian dipole mode negatif ini April hingga Mei.
Pada saat ini, penurunan suhu muka laut dampak dipole mode negatif berada di atas pola normal. Suhu muka laut Samudra Hindia di ekuator barat Sumatera sekitar 30 derajat celsius.
Kepala Bidang Peringatan Dini Cuaca Ekstrem BMKG Hariadi mengatakan, pola arus angin saat ini masih menunjukkan anomali. Seharusnya, pola arus angin menyesuaikan pola monsunal kemarau, yaitu pola angin bergerak dari timur ke barat.
Pola angin sekarang, dari barat daya di Samudra Hindia menuju utara timur laut. Pola arus angin itu membentuk awan hujan di wilayah Indonesia.
Posting Komentar