Banyak akun yang mencantumkan jasa meningkatkan follower. Akun ini meminta orang untuk mengikuti (follow) mereka sehingga bisa diikuti kembali untuk mendapatkan follower. Laporan dari New York Times mengungkap sekitar 200 juta pengguna Twitter adalah palsu.
Juru bicara Twitter, Jim Prosser mengatakan mereka telah membuat tindakan hukum untuk melawan sejumlah perusahaan yang menjual follower palsu. Dia mengatakan sekitar 40 persen pengguna terlihat palsu karena hanya mengikuti orang dan tidak pernah berkicau. Untuk membeli follower, harganya sekitar 10 dolar AS atau sekitar Rp 100 ribu untuk 100 follower. Harga itu meningkat sampai 400 dolar AS untuk 100 ribu follower.
Analis dan anggota Kamar Dagang Madinah, Abdul Ghani al-Ansari mengatakan penjualan akun palsu tersebut merupakan penipuan. Hal ini karena perusahaan menjual sesuatu yang bukan hak dan miliknya. Perusahaan juga tidak bekerja di bawah pengawasan Twitter.
"Harus ada kewaspadaan dengan tanggung jawab otoritas hukum dan sosial, kewaspadaan tinggi mengurangi kesempatan penipu mengumpulkan uang dengan tidak legal," ujarnya.
Seorang penyedia IT, Ibraheem Hassoun mengatakan, banyak yang membeli follower karena mereka percaya semakin banyak follower maka akan semakin berpengaruh. "Banyak follower memikat perusahaan besar yang mencari penjualan di media sosial," ujarnya.
Posting Komentar