Dari luar, hotel milik Hisayoshi Teramura di Yokohama, Jepang, terlihat seperti sebuah penginapan kecil biasa di dekat pelabuhan. Tidak ada yang menarik, kecuali fakta bahwa yang menginap di hotel itu adalah mereka yang sudah tidak bernyawa.
Seperti diberitakan oleh Reuters, Selasa 13 September 2011, Teramura mengkhususkan hotelnya untuk jenazah yang menunggu untuk dikremasi. Dengan ditempatkan di hotel ini, anggota keluarga dan kerabat dapat melihat almarhum dengan pelayanan yang terbaik sebelum dimasukkan ke dalam kendi dalam bentuk abu.
Seperti layaknya hotel, tempat ini juga menyediakan layanan kamar. Para penyewa disediakan peti mati cantik, dilengkapi dengan rangkaian bunga yang indah. Jenazah juga diperlakukan bak raja atau ratu. Mereka didandani, dipakaikan baju terbaik dan diletakkan di kamar berpendingin udara ekstra.
Hotel ini memiliki 40 kamar bagi jenazah. Setiap malamnya, keluarga penyewa dikenakan biaya hingga 12.000 yen atau sekitar Rp1,3 juta. Teramura mengaku hotelnya sering didatangi pasangan bulan madu yang mengira itu adalah tempat penginapan.
“Kami beritahukan bahwa kami hanya punya kamar yang dingin,” kata Teramura.
Jumlah kematian yang meningkat setiap tahunnya di Jepang merupakan peluang bisnis yang menarik bagi orang-orang seperti Teramura. Hotel miliknya tercatat adalah yang kedua di seluruh Jepang. Banyaknya warga yang meninggal membuat tempat-tempat kremasi penuh. Beberapa jenazah harus mengantri hingga berhari-hari sampai gilirannya dikremasi tiba.
Menurut catatan pemerintah Jepang pada tahun 2010 sebanyak 1,2 juta warga tutup usia, menjadikan angka kematian tahunan Jepang mencapai 0,95 persen. Setiap tahunnya, jumlah kematian di Jepang bertambah pesat. Tahun lalu, angka kematian Jepang bertambah 50.000 orang.
Diperkirakan angka kematian Jepang akan mencapai puncaknya pada 2040 dengan 1,66 juta orang meninggal per tahun. Diramalkan, pada tahun itu, populasi Jepang akan berkurang 20 juta orang. Hal ini dikarenakan banyaknya jumlah kematian berbanding terbalik dengan angka kelahiran yang minim.
Masyarakat Jepang menangani masalah kematian dengan serius. Setiap kali kematian, keluarga almarhum keluar kocek hingga 1,2 juta yen atau sekitar Rp135 juta untuk upacara kematian, bunga, peti mati dan kremasi. Bisnis kematian ini menyumbang pemasukan negara hingga US$ 21 miliar per tahunnya.
Posting Komentar