Menurut Kepala Dinas Kesehatan Bali, Nyoman Sutedja, klaim ini akan diselidiki kebenarannya setelah menerima pemberitahuan resmi terkait dimana dan kapan tato dibuat oleh penderita.
"Mungkin jumlah kasus sebenarnya ada banyak. Tetapi baru kali ini kita dengar ada yang lapor secara terbuka," kata Nyoman kepada BBC.
Kasus HIV-AIDS cukup banyak terjadi di Bali yang merupakan tujuan wisata utama Indonesia dimana tahun ini diperkirakan sekitar 2,5 juta turis asing datang berlibur.
Tingginya animo untuk mendapat layanan tato melalui jarum suntik atau sekedar tindik anggota badan, menurut Nyoman membuat layanan semacam ini sangat mudah ditemukan di tiap sudut Bali.
"Ada yang jenisnya rumahan, ada di ruko, di jalan-jalan, banyak lah," kata Nyoman, menekankan sulitnya mengecek seluruh penyedia jasa layanan tato dan tindik ini di Bali.
Yang berkali-kali dikampanyekan sejak lama, menurut Nyoman, adalah pentingnya perilaku sehat penyedia layanan terutama agar menggunakan jarum baru tiap kali hendak melakukan tato atau tindik anggota badan.
"Nanti begitu kita dapat surat resmi pemberitahuannya kita akan turun ke lapangan untuk mencatat dan menyuluh lokasi-lokasi ini," janji Nyoman.
Meski bila diketahui darimana jarum terinfeksi itu berasal, menurut Nyoman Sutedja pihaknya tak punya wewenang untuk mencabut izin pelaku usaha.
Izin usaha hiburan semacam ini, menurutnya bukan berasal dari Dinas Kesehatan meski ada implikasi bahaya kesehatan bagi pengguna jasanya.
Sementara itu otoritas kesehatan di negara bagian Australia Barat menyerukan agar warganya yang pernah mendapat tato atau tindik di Bali segera memeriksakan diri untuk memastikan warga tidak terinfeksi.
Seperti ditulis kantor berita ABC, warga setempat yang diidentifikasi sebagai korban penularan HIV-AIDS tidak dirinci jenis kelamin, umur maupun latar belakangnya, namun seruan untuk menghindari tato di Bali sangat ditekankan.
"Kalau di Australia Barat penyedia jasa tato harus mengikuti aturan dan kode praktek ketat, rumah tato di luar negeri mungkin tidak punya standar yang sama," ujar Dr Paul Armstrong, kepala Kantor Kesehatan Australia Barat,.
Karena itu turis asal Australia disarankan menunda membuat tato 'sampai pulang kembali' ke Australia.
"Kasus ini menunjukkan risiko kesehatan nyata akibat prosedur yang lakukan di luar negeri," tambah Amstrong.
Selama ini turis Australia adalah pengunjung asing terbanyak ke Bali.
Posting Komentar