Abdulbaki Todashev, ayahanda Ibragim Todashev yang tewas selagi diinterogasi agen FBI (Biro Penyelidik Federal) mengenai kaitannya dengan bomber Maraton Boston, menyatakan puteranya ditembak dari jarak dekat di kepalanya dan langsung menemui ajalnya.
"Ia diinterogasi selama delapan jam," ujar Abdulkbaki Todashev kepada wartawan di Moskow. "Lalu mereka menembaknya, enam kali diarahkan ke badannya dan satu di kepalanya."
Penembakan pada 22 Mei yang mematikan itu masih diliputi misteri. Media AS terus mempertanyakan mengenai bagaimana pihak berwenang menggunakan senjata mematikan. Keprihatinan ini meliputi benak ayah Ibragim.
"Mestinya mereka bisa hanya melukainya, di kaki atau pundak, Tapi ini langsung di bunuh dengan tembakan yang terkontrol," ujar Abdulbaki. Ia menggunakan frasa "menembak dari jarak dekat" oleh pembunuh untuk memastikan bahwa si korban benar-benar mati. Ia bermaksud menggambarkan betapa kejamnya si penembak.
Ia juga menunjukkan kepada wartawan foto bagaimana peluru-peluru menerjang tubuh anaknya, termasuk satu yang menembus batok kepalanya. "Saya pernah melihat penembakan seperti ini di film," katanya.
FBI mengatakan mereka sedang melakukan investigasi atas insiden ini. Dalam komentarnya di surat elektronik, juru bicara FBI di wilayah Orlando, Florida, tempat interogasi dan penembakan dilakukan, mengarahkan media Rusia, RIA Novosti membuka situs web FBI. FBI tidak akan memberikan komentarnya mengenai detail insiden ini sampai penyelidikan internal disimpulkan. Tak ada batas waktu yang ditentukan.
Pada hari penembakan, agen-agen FBI menanyai Ibragim Todashev di rumahnya di Orlando, Florida. Ia ditanya mengenai hubungannya dengan Tamerlan Tsarnaev, bomber Maraton Boston, serta kasus tiga pembunuhan yang belum terungkap sejak 2011 di pinggiran Boston.
Salah seorang korban pembunuhan berantai ini kabarnya adalah teman Tamerlan dan para investigator berupaya merangkai potongan bukti-bukti yang mengaitkan apakah Tamerlan dan Ibragim terlibat dalam pembunuhan itu.
New York Times melaporkan seorang petugas FBI yang tak mau disebut namanya mengatakan Ibragim Todashev melakukan pembunuhan bersama Tamerlan Tsarnaev, namun ketika pertanyaan makin menjurus, Todashev menyerang petugas dengan objek yang belum diketahui, atau pisau atau pipa atau yang lain, dan dibunuh sebelum menandatangani pengakuannya.
Koran Wasington Post, juga mengutip sumber yang sama, melaporkan pada Rabu kemarin (29/5) bahwa Todashev tak disebut namanya dalam kasus pembunuhan itu.
Abdulbaki Todashev menggerutu, kenapa FBI tak memberikan informasi yang benar terkait pembunuhan puteranya. Ia memperoleh foto terakhir Ibragim Todashev dari seorang kenalan di AS.
Abdulbaki memperoleh penjelasan mengenai penembakan yang simpang siur. Pertama, petugas FBI mungkin ingin merampok Ibragim. Lalu ada spekulasi lain bahwa para agen itu ingin membungkam Ibragim tanpa alasan yang jelas. "Mereka para bandit. Bukan para agen FBI," ucapnya kesal. Ia mempertanyakan penembakan di belakang kepala anaknya.
Sebuah kelompok Islam di AS Kamis kemarin (30/5) mendesak dilakukannya investigasi atas pembunuhan Ibragim Todashev. Mereka akan melayangkan surat komplain formal kepada Kementerian Kehakiman AS.
Keluarga Todashev mengungsi dari Chechnya yang tercabik perang pada 1990an, ke wilayah Rusia Saratov yang jaraknya ribuan kilometer ke arah utara. Mereka kembali ke Grozny, ibu kota Chechnya, pada tahun 2008, ujar Abdulbaki Todashev yang kini bekerja di pemerintahan kota Grozny.
Ibragim Todashev adalah anak tertua dari 12 bersaudara, memperoleh status permanent residence di AS pada Maret tahun ini. Ibragim pulang kampung pertama kali pada 24 Mei 2008.
(*/washingtonpost/inilah)
Posting Komentar