Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan membela RUU pembatasan minuman beralkohol yang diloloskan parlemen baru-baru ini, dengan mengatakan bahwa "pemerintah tidak melarang alkohol."
"Ketika dua orang pemabuk membuat peraturan, anda menghormatinya. Tetapi ketika kami membuat sebuah peraturan untuk sesuatu yang diperintahkan oleh agama, anda menolaknya. Kenapa?" kata Erdogan Selasa (28/5/2013) dihadapan para anggota partai pemerintah, Partai Keadilan dan Pembangunan, dikutip Hurriyet Daily News.
"Jika agama memerintahkan sesuatu, apa kalian akan keberatan juga?" imbuh Erdogan menyindir para penentang peraturan pembatasan penjualan minuman beralkohol.
Erdogan mengkritik para pihak yang menuding bahwa peraturan itu dibuat terkait dengan isu "identitas".
"Peraturan ini bukanlah sebuah larangan, seperti apa yang dikatakan oleh sebagian orang. Ini bukan mencampuri gaya hidup. Orang seharusnya tidak ada yang menganggap ini masalah jatidiri," ujar Erdogan.
"Jika anda mau menenggak minuman beralkohol, maka bawa pulang ke rumah dan minum di rumah anda sendiri. Silahkan dan minum sebanyak yang anda mau. Kami tidak melarangnya. Tetapi, kami tidak memperbolehkan meminumnya di waktu-waktu tertentu dan berjarak sekitar 100 meter dari masjid-masjid dan sekolah-sekolah. Sejumlah negara bahkan ada yang melarangnya hingga 180 meter dari gereja-gereja. Saya ingin ulangi lagi, ini bukan larangan. Ini bukan interfensi terhadap gaya hidup (masyarakat)," papar Erdogan.
Lebih lanjut perdana menteri Turki itu mengatakan, "... Sains menunjukkan dengan jelas bahwa [konsumsi alkohol] ini membahayakan. Alkohol menyebabkan banyak penyakit. Ini seperti rokok yang anda tidak peduli menghancurkan tubuh manusia hingga berkeping-keping."
Erdogan menegaskan, peraturan tersebut merupakan langkah "historis" bagi masa depan generasi Turki yang lebih sehat.
RUU yang membatasi penjualan dan iklan minuman beralkohol, rokok dan obat-obatan itu disetujui oleh parlemen lewat pemungutan suara pada 24 Mei lalu.
Meskipun mengatakan bahwa peraturan itu merupakan "perintah agama", namun Erdogan menegaskan bahwa orang-orang yang menudingnya berlindung dibalik "agamanya" adalah keliru dengan tuduhannya itu.*
Posting Komentar